nav-left cat-right
cat-right

Abstrak Jurnal Pertanian : AGRILAND, Volume 1 Nomor 2, JAN – JUNI 2012, ISSN NO.2089-5844

 

AGRILAND

JURNAL ILMU PERTANIAN

VOLUME 1           JAN-JUNI 2012          NOMOR : 2           ISSN NO. 2089-5844

 

 

SKOPOLETIN SEBAGAI ZAT METABOLIT SEKUNDER DALAM EKSTRAK BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia L.)

Sri Utami

Staf Pengajar Fakultas Pertanian UMSU, Medan

ABSTRAK

Metabolit sekunder merupakan senyawa metabolit yang tidak esensial bagi pertumbuhan organisme dan ditemukan dalam bentuk yang unik atau berbeda-beda antara spesies yang satu dan lainnya. Fungsi dari metabolit sekunder adalah untuk mempertahankan diri dari kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan, misalnya untuk mengatasi hama dan penyakit, menarik polinator, dan sebagai molekul sinyal.

Salah satu senyawa metabolit sekunder adalah skopoletin. Pada buah mengkudu, terdapat senyawa skopoletin ini, bermanfaat untuk meningkatkan aktivitas enzim,  struktur protein, sangat efektif sebagai unsur anti peradangan dan anti-alergi serta meningkatkan fungsi kekebalan tubuh.

 

Kata Kunci :   Metabolit sekunder, mengkudu dan skopoletin

 

 

RESPON PEMBERIAN PEMBENAH TANAH DAN PUPUK MAJEMUK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

Meizal

Staf Pengajar Kopertis Wilayah I DPK Universitas Islam Sumatera Utara

Jl. Karya Bhakti No. 34 Medan Johor Telp. (061) 69692531


ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pemberian pembenah tanah dan pupuk majemuk terhadap pertumbuhan bibit kakao. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan faktor perlakuan yaitu faktor pembenah tanah terdiri dari 4 taraf, yaitu : P0 = 0 g/polibeg, P1 = 25 g/polibeg, P2 = 50 g/polibeg, dan P3 = 75 g/polibeg dan faktor pupuk majemuk terdiri dari 4 taraf yaitu : N0 = 0 g/polibeg, N1 = 25 g/polibeg, N2 = 50 g/polibeg, N3 = 75 g/polibeg. Dengan demikian terdapat 16 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan, sehingga jumlah keseluruhan sebanyak 48 polibeg percobaan.

Parameter yang diamati adalah tinggi bibit (cm), jumlah daun (helai), diameter batang (mm), dan total luas daun (cm2).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pembenah tanah berpengaruh nyata terhadap luas daun, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi bibit, jumlah daun, dan diameter batang. Pemberian pupuk majemuk berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit, jumlah daun, diameter batang, dan total luas daun. Interaksi kedua faktor memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap semua parameter.

 

Kata kunci :   Pembenah Tanah, Pupuk Majemuk, Pertumbuhan Bibit Kakao.

 

 

KARAKTER MORFOLOGI DAN FISIOLOGI BIBIT KELAPA SAWIT TOLERAN KEKERINGAN 

Yenni Asbur

Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara

Jl. Karya Bhakti No. 34 Medan Johor Telp.(061) 69692531

 

ABSTRAK

Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang mempunyai peran penting bagi subsektor perkebunan. Sesuai dengan kebijakan Pemerintah, pengembangan perkebunan kelapa sawit diarahkan ke kawasan Timur Indonesia yang memiliki potensi lahan sedang sampai rendah untuk pengembangan kelapa sawit, terutama daerah yang beriklim lebih kering dengan bulan kering lebih panjang dan curah hujan lebih rendah, yang dapat menyebabkan tanaman mengalami cekaman kekeringan, sehingga perlu dicari bibit kelapa sawit yang toleran terhadap cekaman kekeringan dengan melihat karakter morfologi dan fisiologinya. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter morfologi bibit kelapa sawit yang toleran terhadap cekaman kekeringan adalah daunnya mengalami kelayuan dan menggulung, kadar air daun menurun, luas daun spesifik lebih rendah, akar lebih panjang dengan volume akar yang tinggi, sedangkan karakter fisiologi bibit kelapa sawit yang toleran terhadap cekaman kekeringan adalah ditunjukkan dengan peningkatan kandungan prolin bebas pada daun bibit kelapa sawit yang cukup tinggi, demikian pula kadar ABA pada bibit kelapa sawit meningkat sejalan dengan semakin lama diberi cekaman kekeringan, sedangkan kadar gula osmotikal tidak banyak dipengaruhi oleh cekaman kekeringan pada bibit kelapa sawit.

 

Kata Kunci :   toleran, cekaman kekeringan, bibit kelapa sawit

 

 

PENGARUH PEMBERIAN GA3 DAN PAKLOBUTRAZOL TERHADAP PERTUMBUHAN PLANTLET KENTANG (Solanum tuberosum L) SECARA IN VITRO PADA MEDIA MS

Arif Anwar1) dan Nurhadi Darmawan2)

1) Dosen Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara

2) Alumni Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara

Jl. Karya Bhakti No. 34 Medan Johor Telp.(061) 69692531

 

ABSTRAK

Prospek tanaman kentang memiliki masa depan yang sangat menguntungkan, karena semakin meningkat jumlah penduduk dan bertambahnya pengetahun tentang kesehatan, maka diperlukan peningkatan nilai gizi yang baik. Salah satu sumber vitamin adalah kentang, tetapi untuk meningkatkan produksi teruma dalam penyediaan bibit diperlukan tanaman yang bebas virus. Salah satu cara adalah dengan menggunakan GA3 dan Paklobutrazol. Penelitian dialksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2011 di BBI Provinsi Sumatera Utara. Menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 3 ulangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian GA3 dan Paklobutrazol memberikan pengaruh terhadap parameter yang diamati.

 

Kata Kunci :   Kentang, GA3 dan Paklobutrazol

 

 

PERANAN  CACING TANAH TERHADAP KETERSEDIAN HARA DI DALAM TANAH

Yayuk Purwaningrum

Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara

Jl. Karya Bhakti No. 34 Medan Johor Telp.(061) 69692531

 

ABSTRAK

Tanah merupakan bagian dari tubuh alam yang menutupi bumi dengan lapisan tipis, disintesis dalam bentuk profil dari pelapukan batu dan mineral, dan mendekomposisi bahan organik yang kemudian  menyediakan air dan unsur hara yang berguna untuk pertumbuhan tanaman. Yang membuat tanah itu subur diantaranya pelapukan lanjut, bahan mineralogi, kapasitas pertukaran kation (KTK) yang tinggi, kelembaban air, pH netral dan kelebihan garam. Tanah bersifat sangat penting bagi kehidupan, sehingga perlindungan kualitas dan kesehatan tanah sebagaimana perlindungan terhadap kualitas udara dan air harus sangat dijaga. Namun banyak faktor yang dapat menurunkan kualitas dan kesehatan tanah tersebut, misalnya kadar hara yang terkandung dalam tanah, vegetasi, iklim, sifat fisik dan kimia tanah. Kesehatan tanah itu sendiri dapat didefinisikan secara umum sebagai kemampuan berkelanjutan dari suatu tanah untuk berfungsi sebagai suatu sistem kehidupan yang penting didalam batas-batas ekosistem dan tata guna lahannya, untuk menyokong produktivitas hayati, meningkatkan kualitas udara dan lingkungan perairan, serta memelihara kesehatan tanaman, hewan dan manusia. Kualitas tanah itu sendiri dapat didefinisikan secara umum sebagai kemampuan tanah untuk menghasilkan produk tanaman yang bergizi dan aman secara berkelanjutan, serta meningkatkan kesehatan manusia dan ternak, tanpa menimbulkan dampak negatif terhadap sumberdaya dan lingkungan. Lahan pertanian yang mengandung cacing tanah pada umumnya akan lebih subur karena tanah yang bercampur dengan kotoran cacing tanah sudah siap untuk diserap oleh akar tanaman. Cacing tanah yang ada didalam tanah akan mencampurkan bahan organik pasir ataupun bahan antara  lapisan atas dan bawah. Aktivitas ini juga menyebabkan bahan organik akan tercampur lebih merata. Kotoran cacing tanah juga kaya akan unsur hara. Salah satu organisme penghuni tanah yang berperan sangat besar dalam perbaikan kesuburan tanah adalah fauna tanah. Proses dekomposisi dalam tanah tidak akan mampu berjalan dengan cepat bila tidak ditunjang oleh kegiatan makrofauna tanah. Diharapkan artikel ini memberikan formasi ilmiah tentang potensi cacing tanah sebagai bioindikator untuk menilai kualitas lahan.

 

Keywords : cacing tanah, bioindikator, kesuburan tanah

 

 

PENGARUH INTERVAL WAKTU PEMBERIAN ZPT ATONIK DAN PUPUK NPK PHONSKA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max. L. Merril)

 Aswin Efendi Siregar

Dosen Fakultas Pertanian Universitas Graha Nusantara

ABSTRAK

Pengaruh Interval Waktu Pemberian ZPT Atonik dan Pupuk NPK Phonska Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max L Merril) bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Interval waktu pemberian ZPT Atonik dan Pupuk NPK Phonska yang tepat terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Baringin Kecamatan Sipirok dengan ketinggian 650 meter di atas permukaaan laut mulai dari bulan Mei sampai dengan Agustus 2011.

Metode Penelitian yang digunakan  adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor perlakuan. Faktor I, yaitu perlakuan interval waktu pemberian ZPT Atonik 3 taraf; yaitu 1 x 7 hari, 1 x 10 hari dan 1 x 13 hari, serta Faktor II perlakuan pemberian Pupuk NPK Phonska juga 3 taraf yaitu : 8 g/tanaman, 10 g/tanaman, dan 12 g/tanaman.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa perlakuan interval waktu pemberian ZPT Atonik tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap semua parameter yang diamati, tetapi perlakuan pemberian pupuk NPK Phonska berpengaruh sangat nyata terhadap beberapa parameter yang diamati, yaitu parameter jumlah polong per tanaman, jumlah biji pertanaman, dan berat biji per tanaman.

Interaksi antara perlakuan interval waktu pemberian ZPT Atonik dengan pemberian Pupuk NPK Phonska hanya menunjukkan berbeda nyata terhadap parameter jumlah polong per tanaman.

Dari hasil penelitian pemakaian Pupuk NPK Phonska dianjurkan memakai dosis 12 g/tanaman, sedangkan interaksi yang lebih sesuai adalah perlakuan Interval waktu pemberian ZPT Atonik 1 x 13 hari dengan 12 g/tanaman Pupuk NPK Phonska.

 

Kata kunci : Interval Waktu, Pemberian ZPT Atonik dan NPK Phonska, Pertumbuhan dan Produksi kedelai.

 

 

PENGARUH PEMANGKASAN DAN PEMBERIAN PUPUK CAIR TERAFIT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG MANIS (Zea mays Saccharata Sturt)

Zamriyeti1) dan Sarah Gantina2)

1) Dosen Kopertis Wil. I dpk FP Universitas Panca Budi, Medan

2) Alumni FP Universitas Panca Budi, Medan

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari pemangkasan, pemberian pupuk cair Terafit dan interaksi pemangkasan dengan pemberian  pupuk cair Terafit terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis. Penelitian ini dilaksanakan di Jl. Namorambe, Desa Deli Tua Kecamatan Namorambe, Kabupaten Deli Serdang, dengan ketinggian tempat ± 40 meter di atas permukaan laut.

Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor, 16 kombinasi dan 2 ulangan sehingga terdapat 32 plot penelitian. Faktor-faktor yang diteliti terdiri dari faktor pertama pemangkasan dengan simbol (P) sebanyak 4 taraf perlakuan, yaitu: P0= tanpa pemangkasan (kontrol), P1= Pemangkasan 25% dari panjang daun, P2= Pemangkasan 50% dari panjang daun, P3= Pemangkasan 75% dari panjang daun. Faktor kedua perlakuan pemberian pupuk cair Terafit dengan simbol (T) sebanyak 4 taraf perlakuan, yaitu T0= 0 ml/liter air (kontrol), T1= 1.25 ml/liter air, T2= 2.50 ml/liter air dan T3= 3.75 ml/liter air. Parameter yang diamati di dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman (cm), jumlah tongkol/sampel (tongkol), jumlah tongkol/plot (tongkol), produksi/sampel (g), produksi/plot (kg).

Pengaruh pemangkasan tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 2 dan 4 minggu setelah tanam dan berbeda nyata pada umur 6 minggu setelah tanam dan berbeda sangat nyata pada umur 8 minggu setelah tanam, tidak nyata terhadap jumlah tongkol per sampel dan jumlah tongkol per plot, tetapi sangat nyata terhadap produksi per sampel dan produksi per plot. Pemberian pupuk cair Terafit berbeda tidak nyata terhadap tinggi tanaman  pada umur 2 dan 4 minggu setelah tanam, tetapi berbeda nyata pada umur 6 dan 8 minggu  setelah tanam, berbeda tidak nyata terhadap jumlah tongkol per sampel  dan jumlah tongkol per plot, tetapi berbeda nyata terhadap produksi per sampel dan produksi per plot. Interaksi pemangkasan dengan pemberian  pupuk cair Terafit berbeda tidak nyata terhadap pertumbuhan dan produksi jagung manis pada semua parameter yang diamati.

 

Kata Kunci :   Pemangkasan, Pupuk Cair Terafit, Jagung Manis

 

 

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP TEKNIK OLAH TANAH DI LAHAN SAWAH IRIGASI

Markhaini

Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara

Jl. Karya Bhakti No. 34 Medan Johor Telp.(061) 69692531

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon varietas dan teknik olah tanah dilahan sawah irigasi.  Dilaksanakan di Balai Benih Induk Murni Lubuk Pakam, dengan ketinggian tempat ± 20 m dpl, dimulai dari bulan April  sampai  Agustus 2012. Menggunakan Rancangan Petak Terpisah (RPT) dengan dua faktor yang diteliti  yaitu faktor varietas (V) sebagai petak utama terdiri dari 3 taraf,   V1 ( Cigeulis), V2 ( Ciherang), V3  (Mekongga) dan factor olah tanah sebagai anak petak terdiri dari 3 taraf, Oo (tanpa olah tanah), O1 (setengah olah tanah ), O2 ( olah tanah penuh). Hasil penelitian menunjukkan Varietas padi sawah berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman (cm), umur berbunga (hari), jumlah anakan produktif (anak), produksi per plot (kg), gabah berisi per malai (butir) dan jumlah gabah hampa per malai (butir), tetapi tidak berpengaruh  terhadap  jumlah anakan per rumpun (anakan).  Sistem pengolahan tanah berpengaruh terhadap umur berbunga, produksi perplot dan jumlah gabah berisi per malai , tetapi  tidak berpengaruh  terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan per rumpun, jumlah anakan produktif dan jumlah gabah hampa per malai.  Interaksi varietas dengan olah tanah  tidak berpengaruh terhadap semua jenis parameter.

 

Kata Kunci : Varietas padi, olah tanah, lahan sawah irigasi

 

 

RESPON BIBIT KARET (Hevea brasiliensis Muel Arg) KLON PB 260 TERHADAP PEMBERIAN GIBBERELLIN DAN PUPUK CAIR

Mahyuddin1), Aldy Waridha2) dan Khairin Hidayat3)

1,2) Dosen Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara

3) Alumni Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara

Jl. Karya Bhakti No. 34 Medan Johor Telp.(061) 69692531


ABSTRAK

Penelitian dilaksanakan 27 Maret – 24 Agustus 2012 di kebun percobaan Fakultas Pertanian UISU jalan Karya Wisata, Kecamatan Namorambe, Kabupaten Deli Serdang, tinggi tempat ±25 m dpl dengan tofografi datar.   Tujuan penelitian untuk mengetahui respon bibit tanaman karet (Hevea brasiliensis Muel Arg) Klon PB 260 terhadap pemberian gibberellin dan pupuk cair. Penelitian ini disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor dan diulang tiga kali, faktor pertama adalah gibberellin (Mad gib) dengan lima taraf, yaitu: G0  (Kontrol), G1 ( 0,5 ml/ 10 L air), G2 (0,75 ml/10 L air), G3 (1.00 ml/10 L air), dan G4 (1,25 ml/10 L air), dan faktor  kedua adalah  pupuk cair (Bayfolan) dengan empat taraf, yaitu: B0 (Kontrol) B1 (1 ml/L air), B2 (2 ml/liter air), dan B3 (3 ml/L air).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian gibberellin berpengaruh nyata terhadap tinggi tunas dan jumlah daun, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap diameter batang, total luas daun dan jumlah payung daun, sedangkan pemberian pupuk daun berpengaruh nyata terhadap jumlah payung daun, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tunas, jumlah daun, diameter tunas, dan jumlah total luas daun serta interaksi gibberellin dan pupuk daun berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter yang diuji.

                                                           

Kata kunci :   bibit karet, klon PB-260, gibberellin, pupuk cair

 

 

 

 

 


Link Jurnal Digital UISU :
nav-leftnav-leftnav-lefttijarahjulisaJurnal sosial ekonomiNur edukasiTausiah